Mungkin ini adalah pendakian terakhir ku menuju puncak keabadian..Mt.Eternity. Akhirnya aku tahu bahwa adik ku Ganther Messner yang mereka (Tim SAR) menemukannya dalam keadaan telentang kaku dibawah tumpukan salju beberapa minggu setelah kami mendaki bersama itu tidak mati. Ganther Messner adikk ku hanya meninggalkan jasmani nya itu memulai perjalanan petualangan abadinya yang panjang yang aku bahkan baru ingin memulainya.
Ini adalah puncak yang belum pernah tergambar di kepala ku selama ini, bagaiman medan serta cuacanya tidak bisa aku terka, dan aku sangat tidak menyangka bahwa adik ku lebih dahulu ada disana. Membuka kan jalur untuk ku dan telah menyiapkan tenda serta minuman hangat yang dapat langsung aku teguk disana, bermukim dan menikmati pelangi yang keindahannya tidak aku temui di Nanga Pharbat atau pu di Tanzania.
Padang rumput luas dengan cahaya terang dan menghangatkan, air sungai bening dan tidak beku lantaran cuaca dingin nan ekstrem mengalir yang tanpa batas pandangan.Tidak ada anacaman akan keterbatasan
tubuh ku, aku tidak perlu lagi memakai pelindung kaki, jaket yang tebal, sun galsses, crampon, GPS, Kompas, dan arah mata anging tidak berlaku disini, bahkan peralatan lain yang biasanya aku gunakan saat memulai perjalanan petualangan ku tidak aku butuhkan lagi, tidak ada rasa cemas akan pulang dengan selamat, dan aku yakin saat ini aku berada di tempat yang dari dahulu aku rindukan tetapi sayangnya karena aku tidak menyadarinya.Aku selalu dibutakan oleh hasrat ku di dunia nyata namun ternyata sangat maya. Aku bahagia bisa menemukan Puncak ini dan lebih bahagia lagi karena aku menemukan adik ku Ganther Messner yang aku merasa bersalah padanya atas kejadian diluar rencana yang terjadi saat mendaki.Sekarang tidak ada lagi rasa cemas, hasrat apalgi ego...yang aku temui adalah keabadian yang mereka coba lari darinya....
To be continued…………
2 komentar:
anging ga' ada ombat. nda' mabut..
heheeee
Post a Comment