Sunday, April 1, 2012

Mitos dan Tradisi Mengagung-kan Gunung

Upacara Kasada Suku Tengger, Gunung Bromo
 Beberapa daerah di Indonesia yang berada pada kaki gunung selalu dibarengi dengan mitos dan tradisi dari masyarakat mengenai gunung yang ada di daerah nya. Entah bermula dari apa dan bagaimana hingga tradisi ini seolah dibarengi dengan kepercayaan dan keyakinan. Mungkin dikarenakan tradisi yang berlaku turun temurun yang menyebabkan tradisi itu terlihat layaknya keyakinan yang tidak bisa dipisahkan dari proses kehidupan masyarakat. Berikut ini beberapa mitos dan tradisi beberapa gunung di Indonesia.

  1. Gunung Merapi (Sleman-Magelang-Boyolali-Klaten). Masyarakat memercayai bahwa Merapi memiliki nyawa sebagai penunggu sehingga untuk menghindari kemarahan penunggunya (warga) perlu mengadakan ritual dan juga memberikan sesaji. Dipercayai bahwa penunggu Merapi adalah Kiai Sapu Jagad (bukan mbah Petruk?) dan penguasa Laut Selatan adalah Kanjeng Ratu Kidul. Demi keberlangsungan kekuasaan Mataram, maka raja Mataram harus berkolaborasi dengan dengan para penguasa lainnya. Bagaimana caranya? Yakni dengan menjadikan Kiai Sapu Jagad sebagai mitra politik dan Kanjeng Ratu Kidul sebagai permaisuri.
  2. Gunung Rinjani (Lombok-NTB). Gunung Rinjani menurut kepercayaan masyarakat Sasak merupakan singgasana Dewi Anjani yang merupakan Ratu para Jin. Sebagian masyarakat lokal percaya bahwa Nama suku Sasak adalah pemberian dari Dewi Anjani. Di Puncak gunung Rinjani diyakini oleh masyarakat umum di lombok adalah Sebagai tempat bersemayamnya Raja Jin, penguasa Gunung Rinjani bernama Dewi Anjani. dari puncah ke arah tenggara terdapat sebuah lautan debu ( kaldera ) yang dinamakan Segara Muncar. pada saat saat tertentu, dengan kasat mata dapat terlihat istana Ratu Jin. Pengikutnya merupakan golongan Jin yang baik baik. alkisah Ratu Jin Dewi Anjani adalah seorang putri Raja yang tidak di izinkan menikah dengan kekasih pilihannya. pada suatu tempat mata air bernama Mandala sang Ratu Menghilang. ia berpindah tempat dari alam nyata menuju alam gaib ( alam Jin ). 2. Dari atas, danau segara segara anak tampak luas meyerupai lautan. Dengan warna air yang mebiru, danau ini bagaikan anak lautan, karena itulah disebut segara anak, danau segara anak menyimpan berbagai misteri dan kekuatan gaib, itulah sebabnya manusia merasa betah tinggal lama di tempat ini. Disinilah komunitas mahluk gaib yang disebut jin bermukim. Diyakini sekitar danau segara anak di huni oleh komunitas bangsa jin yang sangat banyak.
  3. Gunung Bawakareng (Gowa, Sulawesi Selatan). Bawakaraeng bagi masyarakat sekitar memiliki arti sendiri. Bawa artinya Mulut, Karaeng artinya Tuhan. Jadi Gunung Bawakaraeng diartikan sebagai Gunung Mulut Tuhan.Penganut sinkretisme di wilayah sekitar gunung ini meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali.  Para penganut keyakinan ini juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji atau bulan Zulhijjah , bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Tepat tanggal 10 Zulhijjah, mereka melakukan salat Idul Adha di puncak Gunung Bawakaraeng atau di puncak Gunung Lompobattang. 
  4. Gunung Bromo (Probolinggo-Pasuruan-Lumajang-Malang).
    Masyarakat Tengger yang bermukim di lereng Gunung Bromo lekat dengan tradisi turun-temurun, salah satunya Upacara Kasada. Upacara adat ini menjadi salah satu alasan para traveler untuk belajar sedikit tentang tanggalan Jawa. Kenapa? Karena Upacara Kesada dilakukan pada malam ke-14 bulan Kesodo. Hari ini bisa jatuh di bulan masehi apa saja, bisa antara Februari dan Maret, atau bahkan Agustus seperti tahun 2011 kemarin.
    Pada malam hari ini, masyarakat Tengger mengenakan baju adat untuk memulai prosesi upacara. Kasada diawali oleh pementasan tarian tradisional Rara Anteng dan Jaka Seger. Konon, dua nama ini adalah pasangan yang pertama tinggal di lereng Gunung Bromo. Nama 'Tengger' kemudian diambil dari potongan nama mereka. Tepat pukul 00.00 WIB, dilakukan pelantikan dukun dan pemberkatan umat di lautan pasir Gunung Bromo. Dukun bagi masyarakat Tengger adalah pemimpin umat dalam bidang keagamaan, yang bertugas memimpin upacara-upacara ritual. Agar mereka bisa diangkat oleh para tetua adat, para calon dukun harus hafal mantera-mantera. Jumlah manteranya tidak sedikit dan lafalnya sama sekali tidak mudah!
    Dukun yang terpilih lalu memimpin rombongan suku Tengger naik ke puncak Gunung Bromo, 2.392 mdpl. Mereka membawa sesaji dalam jumlah banyak, berupa hasil pertanian, buah-buahan, juga hewan ternak. Sesaji inilah yang menjadi persembahan untuk arwah para nenek moyang. Sesaji itu lalu dilempar ke dalam kawah sebagai pengantar harapan akan hidup yang lebih makmur. (Sumber :http://travel.detik.com/read/2012/03/14/151917/1867214/1025/upacara-kasada-gunung-bromo-dalam-selimut-budaya).

     

1 komentar:

Unknown said...

ra mutu

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates