Tuesday, May 15, 2012

Paradigma

Dalam menjalani kehidupan ini, kita sering kali menyaksikan konflik yang terjadi antara dua orang, dua kubu atau dua golongan. Entah itu di televisi, di koran atau melihatnya secara langsung. Bahkan mungkin kita sendiri juga pernah berada di tengah konflik ini. Konflik atau perselisihan yang terjadi di muka bumi ini pada dasarnya berawal dari satu hal yang dinamakan “perbedaan”. Perbedaan persepsi dalam memandang suatu persoalan. Persoalan adalah kejadian yang menghasilkan stimulus atau sesuatu yang merangsang seseorang untuk bereaksi. Reaksi ini disebut respon.

 Apakah proses dari stimulus menjadi respon itu terjadi secara langsung seperti yang digambarkan dalam ilustrasi di bawah ini?
Kenyataannya, dua orang yang berbeda dalam menghadapi persoalan yang sama, ternyata memberikan respon yang berbeda pula. Contohnya, dua orang yang sama-sama mobilnya diserempet oleh mikrolet, bisa memberikan respon yang berbeda. Yang satu mungkin akan turun dari mobilnya, marah-marah dan minta ganti rugi kepada sopir mikrolet, sedangkan yang satu lagi mungkin hanya akan diam saja dan membiarkan kejadian tersebut berlalu. Terlepas dari sikap mana yang benar, contoh di atas menunjukkan bahwa ada satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya dalam menentukan respon seseorang, yaitu “paradigma”.


Paradigma berfungsi sebagai “jendela” dalam kita melihat sebuah persoalan. Ibaratnya jendela yang memiliki kaca, hanya akan berfungsi baik jika kita bisa menjaga agar kaca jendela tersebut selalu jernih. Alkisah diceritakan ada seseorang yang setiap hari selalu menceritakan kejelekan orang lain. Di mata dia, semua orang itu salah, tidak ada yang benar. Setelah diteliti, ternyata bukan orang lain yang mempunyai kejelekan, melainkan “jendela” yang dia gunakan untuk melihat dunia ini ternyata penuh dengan debu tebal, sehingga ke mana pun dia melihat, yang dilihat adalah kekotoran.

Selain menjaga agar kaca jendela selalu jernih, posisi jendela juga harus diletakkan di tempat yang tinggi. Kenapa harus begitu? Posisi jendela yang tinggi membuat kita bisa melihat setiap persoalan yang ada secara lebih utuh. Ibaratnya Anda sedang melihat kemacetan Jakarta dari puncak gedung tertinggi. Anda akan tahu dari mana kemacetan itu dimulai dan sampai di mana kemacetan tersebut akan berakhir, bahkan mungkin jika Anda jeli, Anda pun bisa tahu kejadian-kejadian penting yang terjadi di jalan raya, misalnya ada kecelakaan, pohon tumbang, dan lain sebagainya. Posisi jendela yang tinggi membuat kita melihat persoalan dari berbagai macam perspektif yang berbeda, sehingga respon yang kita berikan akan jauh lebih baik.


Perbedaan respon dari dua orang atau dua kubu dalam menyikapi sebuah persoalan sebenarnya disebabkan oleh perbedaan paradigma yang dimiliki keduanya. Memaksakan agar respon orang lain sama dengan respon kita itu bukan solusi terbaik. Kalaupun berhasil, itu hanya akan bertahan sementara. Jika tidak berhasil, justru makin memperuncing konflik. Satu-satunya cara adalah dengan cara merubah paradigma orang lain, walaupun hal itu sangat sulit.
Paradigma yang dimiliki seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain pendidikan, agama, keyakinan, kepercayaan, pergaulan, media massa, televisi, buku, dan lain-lain.
Pakar kepemimpinan Stephen Covey pernah mengatakan, “If you want small changes, work on your behavior. But if you want quantum-leap changes, work on your paradigm.” Kalau Anda menginginkan perubahan kecil dalam hidup, garaplah perilaku Anda. Tapi jika Anda menginginkan perubahan besar dan mendasar, garaplah paradigma Anda.

(sumber :  http://fourplay1978.wordpress.com/2010/08/06/paradigma-adalah-jendela-kita-menatap-dunia/); sangat berterima kasih kepada sumber diatas karena keterbatasan saya dalam transfer bahasa dan karena niat baik share ilmu dan pengetahuan dari beliau yang lebih memehami masalah ini membuat kita dapat membaca tulisan yang memberai kita inspirasi untuk belajar.




0 komentar:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates