Jangan pernah menyerah disetiap permasalahn yang dihadapi…”Didalam
kesusahan selalu ada kebahagiaan”, Berikut inai kisah Prabu Ekalawya
didalam kesungguhannya mempelajari ilmu memanah.
Ekalawya, Kerajaan Nishada, Suku Nishada, Senjata Panah |
Ekalawya (Sansekerta: एकलव्य, ékalavya), adalah seorang pangeran dari kaum Nisada. Kaum ini adalah kaum yang paling rendah yaitu kaum pemburu, namun memiliki kemampuan yang setara dengan Arjuna dalam ilmu memanah. Bertekad ingin menjadi pemanah terbaik di dunia, lalu ia pergi ke Hastina ingin berguru kepada Bagawan Drona. Tetapi ditolaknya.
Keinginannya
yang kuat untuk menimba ilmu panah lebih jauh, menuntun dirinya untuk
datang ke Hastina dan berguru langsung pada Drona. Namun niatnya
ditolak, dikarenakan kemampuannya yang bisa menandingi Arjuna, dan
keinginan dan janji Drona untuk menjadikan Arjuna sebagai satu-satunya
ksatria pemanah paling unggul di jagat raya, yang mendapat pengajaran
langsung dari sang guru. Ini menggambarkan sisi negatif dari Drona,
serta menunjukkan sikap pilih kasih Drona kepada murid-muridnya, dimana
Drona sangat menyayangi Arjuna melebihi murid-murid yang lainnya.
Penolakan
sang guru tidak menghalangi niatnya untuk memperdalam ilmu
keprajuritan, ia kemudian kembali masuk kehutan dan mulai belajar
sendiri dan membuat patung Drona serta memujanya dan menghormati sebagai
seorang murid yang sedang menimba ilmu pada sang guru. Berkat
kegigihannya dalam berlatih, Ekalawya menjadi seorang prajurit yang
gagah dengan kecakapan yang luar biasa dalam ilmu memanah, yang sejajar
bahkan lebih pandai daripada Arjuna,
murid kesayangan Drona. Suatu hari, di tengah hutan saat ia sedang
berlatih sendiri, ia mendengar suara anjing menggonggong, tanpa melihat
Ekalawya melepaskan anak panah yang tepat mengenai mulut anjing
tersebut. Saat anjing tersebut ditemukan oleh para Pandawa,
mereka bertanya-tanya siapa orang yang mampu melakukan ini semua selain
Arjuna. Kemudian mereka melihat Ekalawya, yang memperkenalkan dirinya
sebagai murid dari Guru Drona.
Mendengar pengakuan Ekalawya, timbul kegundahan dalam hati Arjuna,
bahwa ia tidak lagi menjadi seorang prajurit terbaik, ksatria utama.
Perasaan gundah Arjuna bisa dibaca oleh Drona, yang juga mengingat akan
janjinya pada Arjuna bahwa hanya Arjuna-lah murid yang terbaik di antara
semua muridnya.
Kemudian Drona bersama Arjuna mengunjungi Ekalawya.
Ekalawya dengan sigap menyembah pada sang guru. Namun ia malahan
mendapat amarah atas sikap Ekalawya yang tidak bermoral, mengaku sebagai
murid Drona meskipun dahulu sudah pernah ditolak untuk diangkat murid.
Dalam kesempatan itu pula Drona meminta Ekalawya untuk melakukan Dakshina,
permintaan guru kepada muridnya sebagai tanda terima kasih seorang
murid yang telah menyelesaikan pendidikan.
Drona meminta supaya ia
memotong ibu jarinya, yang tanpa ragu dilakukan oleh Ekalawya serta
menyerahkan ibu jari kanannya kepada Drona, meskipun dia tahu akan
akibat dari pengorbanannya tersebut, ia akan kehilangan kemampuan dalam
ilmu memanah. Ekalawya menghormati sang guru dan menunjukkan
“Guru-bhakti”. Namun tidak setimpal dengan apa yang didapatkannya yang
akhirnya kehilangan kemampuan yang dipelajari dari “Sang Guru”.
Drona
lebih mementingkan dirinya dan rasa ego untuk menjadikan Arjuna sebagai
prajurit utama dan tetap yang terbaik.
Istri Prabu Ekalaya sangat cantik jelita sehingga membuat Arjuna berhasrat padanya, Dewi Anggraini mengadukan hal tersebut kepada suaminya sehingga terjadi perselisihan dengan Arjuna. Prabu Ekalaya mempertahankan haknya sehingga bertarung dengan Arjuna yang menyebabkan Arjuna sempat mati yang kemudian dihidupkan kembali oleh Prabu Batara Sri Kresna.
Dalam perselisihannya dengan Arjuna, Ekalaya ditipu untuk merelakan ibu jari tangan kanannya dipotong oleh ‘patung’ Resi Drona,
yang mengakibatkan kematiaannya karena cincin Mustika Ampal lepas dari
tubuhnya. Menjelang kematiaanya, Ekalaya berjanji akan membalas
kematiannya pada Resi Drona.
Dalam perang Bharatayuddha, kutuk dendam Ekalaya menjadi kenyataan. Arwahnya menyatu dalam tubuh Arya Drestadyumena, kesatria Panchala, yang memenggal putus kepala Resi Drona hingga menemui ajalnya.
0 komentar:
Post a Comment